Music Player's
0 Keluhan Hidup Ku
Senin, 15 Oktober 2012
Keluhan Hidupku
Pada
senin (pon) 11 oktober 1993 tepatnya pukul 08: 00 WIB, ku terlahir dari seorang
ibu yang bernama ibu sukinah. Selama mengandung aku, ibu sakit-sakitan dan
diperisakan ke dokter,namun dokter mengira ibuku mempunyai penyakit
tipes,padahal ssedang hamil muda. Akhirnya ibuku minum obat tipes yang diberikan
oleh dokter. Tanpa disadari obat tersebut menyerang janin yang dalam kandungan
ibuku. Sehingga kandungan ibuku tidak
sehat. Kuterlahir di rumah sederhana dengan bantuan seorang dukun
beranak. Bobot bayiku saat aku kecil adalah normal ± 3 kg, namun setelah aku
berumur 2 tahun , aku jatuh sakit dan di vonis dokter kalau aku mengalami
jantung bocor sebesar peniti ( jarum jahit). Pada saat aku bayi kondisiku
sangat lemah,nafasku terengah-engah, terkena angin tubuhku langsung menjadi
biru pucet. Sudah banyak sekali dokter yang mengobatiku dari dokter di desa
sampai ke Jogjakarta 2 sekali seminggu untuk berobat,namun semuanya sia-sia.
Aku sempat dibawa ke dukun dan paranormal,merekapun tak sanggup karna aku tidak
terkena jampi-jampi.
Suatu
ketika kedua orang tuaku pulang dari RS anak di Jogjakarta,ketika melewati
sebuah makam mereka sudah pasrah dan sempat meletakan aku yang masih kecil di
atas batu nisan, Ibuku yang menggendong aku yang masih berumur 3 tahun berkata
“ Yen Gusthi Badhe Mendet anak kula, Kula sampun ikhlas. Nanging yen Gusthi
dereng mendhet anak kula, awehono kewarasaan” ( Bila Tuhan akan mengambil anak
saya ,saya suddah ikhals,tetapi bila belum berilah anak saya kesehatan). Aku
dibawa pulang dan dirumah semua tetangga sudah ikut berduka, aku dibaringkan di atas sebuah meja,dan
ketika aku diletakan di meja, aku menangis. Ayahku dan ibuku sudah pasrah
dengan keadaanku karna sudah banyak biaya yang mereka keluarkan untuk membiayai
aku untuk berobat namun aku belum sembuh. Suatu ketika Ibuku di suruh oleh
seorang dukun, untuk memberikan aku pada Pakdhe agar mereka merawat dan
menganggap aku sebagai anaknya. Ibuku lalu melakukannya sehingga aku diangkat
sebagai anak oleh Pakdhe.
Aku
tidak dapat berjalan dan tidak bias bicara sampai umur 3 tahun, sehingga sutu
ketika ayahku marah dan sempat akan membunuh aku yang masih berumur 3 tahun,
dia sudah bosan melihat kondisiku yang seperti itu. Namun ibuku menyelamatkan
nyawaku,dia membawwa aku lari ke rumah tetangga,kaarena ayahku akan membacok
aku dengan sebilah kapak. Sampai umur 5 tahun aku baru bisa berjalan dan
berbicara layaknya anak normal.Kondisi ku yang saat itu masih lemah sehingga
pada usia 7 tahun aku belum masuk sekolah,karna aku masih sakit-sakitan dan
tidak kuat berjalan jauh. Akhirnya pada
usia 8 tahun aku masuk sekolah dasar, aku bersekolah di SD N 1 Ujungmanik dan tinggal bersama ayah
angkatku yaitu bapak Rasimun, Karena sekolahku dekat dengan rumah bapak
Rasimun, sejak usia 8 tahun aku sudah berpisah dengan kedua orang tua
kandungku. Keadaanku mulai baik daripada masa bayi. Namun selalu jatuh sakit
dan tidak seperti teman-temanku yang sehat. Di SD N 1 Ujungmanik aku meraih
peringkat 1 pada saat ujian hal itu membuat orangtuaku bangga padaku, meskipun
aku anak yang berpenyakitan. Setelah lulus SD aku melanjutkan sekolah ke SMP N
1 Kawunganten. Aku merupakan anak ke-2 dari tiga bersaudara , 1 kakak perempuan
dan 1 adik laki-laki. Kedua saudaraku terlahir normal dan sehat tidak seperti
aku, sehingga terkadan ayahku memandangku sebelah mata karena tidak seperti
kedua saudara q yang sehat dan normal. Setelah 9 Tahun aku tinggal bersama ayah
angkatku akhirnya aku melanjutkan sekolah ke SMK N 1 Kawunganten dan aku nge-kost
dengan mbah kamirah, karena aku yang lemah tidak bisa mengendarai sepeda motor
maka aku harus Kost. Pada saat ini kondisi ku semakin menurun meski aku sudah
berumur 18 tahun. Aku terkadang iri dengan supri saudara sepupuku, dia ganteng
dan sehat, tidak seperti aku yang jelek dan berpenyakitan ( gak Sehat).kehidupan q sungguh tak berarti lagi. kedua orang tua ku selalu memarahi aku karna aku tak berdaya dan mungkin akuy harus mati, mungkin kematian akan menjadi tempat terakhir ku dalam menjalani kehidupan yang pahit ini. Ini
merupakan kisah nyata yang telah dialami oleh penulis.